Pendidikan

Dari Lulusan Terbaik di Gymnasium Hingga Berkarir Sebagai Dokter

Dari Lulusan Terbaik di Gymnasium Hingga Berkarir Sebagai Dokter
Sumber Foto: Rafika Azriwati/Privat

Menjadi Dokter Muda di Jerman

1.Bisakah Anda memperkenalkan diri dan latar belakang pendidikan terakhir Anda?

Nama saya Rafika Azriwati. Saat ini saya bekerja sebagai Dokter di bagian jantung (Kardiologie) di Brandenburg Klinik. Saya menjalani pendidikan Kedokteran terhitung dari Oktober 2013 sampai Mei 2020 di Charite Universitätsmedizin Berlin.

2.Apa yang memotivasi Anda pindah ke Jerman untuk melanjutkan pendidikan?

Sebenarnya bukan dari kemauan saya tapi saya dulu ikut orangtua (ayah saya mandapat beasiswa kantor untuk melanjutkan Master Bussiness Management di HTW Berlin) dan kami pindah ke Jerman saat saya masih SMA. Kemudian saya melanjutkan Gymnasium/SMA di Jerman. Setelah lulus Gymnasium, barulah saya melanjutkan kuliah di Jerman. Karena lulusan kuliah Kedokteran dari Jerman tidak punya ijin praktek di Indonesia, maka saya melanjutkan karir disini.

3.Bagaimana ceritanya Anda bisa menjadi lulusan terbaik di salah satu Gymnasium di Berlin?

Dengan bantuan Allah SWT tentunya, awalnya atas dasar penilaian guru di sekolah penyesuaian, kemampuan saya cukup untuk masuk ke Gymnasium. Tapi beliau memilihkan untuk saya Gymnasium yang tidak terlalu elit tempat dimana semua anak anak pintar berkumpul. Karena beliau khawatir saya tidak bisa mengejar. Karena dulu di Jakarta saya bersekolah di SMA 8 Jakarta dimana persaingan sangat ketat, ketika pindah ke sekolah yang bukan tempat berkumpulnya anak anak pintar, tentunya akan lebih mudah untuk menjadi yang terbaik disana. Karena sebenarnya nilai Ujian Akhir/Abitur saya hanya 1,2 (sangat bagus). Kalau di Gymnasium elit, lulusan terbaiknya pasti yang nilainya 0,8 atau 0,9 lalu 1,0 dan 1,2 menjadi 10 besar saja. Tapi karena di Gynmasium saya dari sejak mulai sekolahnya berdiri sampai saya masuk kesana nilai terbaik adalah 1,8 maka dengan 1,2 sudah bisa jadi pemegang rekord lulusan terbaik sepanjang sekolah itu berdiri (karena sekolahnya ditutup setahun setelah saya lulus). Jadi ya terbaik itu relativ saja karena persaingannya kebetulan tidak berat. 

4.Pelajaran apa yang paling anda kuasai dan kenapa menyukai subjek tersebut?

Matematika, karena sangat logis. 

5.Kenapa Anda memilih jurusan Kedokteran dan bagaimana prosesnya bisa diterima di salah satu kampus kedokteran terbaik di Jerman?

Karena dari SD saya memang tertarik ke bidang kesehatan. Prosesnya sebenarnya tidak rumit, jadi Charite waktu itu menyaring 800 peserta dari nilai Abiturnya untuk ikut tes yang diselenggarakan mereka. Saya termasuk yang ikut tes (Materi tes yaitu Matematika, Fisika, Kimia & Biologi). Setelah Tes, hasil tes (dengan bobot 1/3) dikombinasikan dengan nilai Abitur (dengan bobot 2/3) menentukan siapa yang berhak berkuliah disana. Tidak pakai wawancara dll.

6.Kesulitan dan tantangan apa saja yang Anda hadapi selama masa studi?

Hafalannya banyak. Sering dengar kuliah kedokteran memang hafalannya banyak, dan ternyata faktanya memang ia. Sering jenuh juga belajar saking bahannya banyak sekali. Padahal sebelumnya saya termasuk yang hobby belajar. Ini menjadi tantangan, tapi alhamdulillah bisa terlewati.

PHOTO-2023-05-12-07-26-41.jpg

Sumber Foto: Rafika Azriwati/Privat

7.Menurut pengalaman Anda, keuntungan apa saja yang bisa di dapatkan selama studi di Luar Negeri khususnya di Jerman?

Keuntungan yang bisa didapatkan selama studi di luar negeri adalah kesempatan. Kesempatan ketika kuliah diluar negeri itu seperti terbuka lebar dari berbagai pintu. Kesempatan untuk bisa ikut penelitian,mengenal budaya luar, kesempatan untuk mencari kerjaan sampingan. Balik lagi keuntungan berupa kesempatan ini belum tentu menguntungkan untuk semuanya karena tidak semua orang mampu melihat dan memanfaatkan kesempatan yang ada. Ada banyak tantangan dan kesulitan juga ketika kuliah di luar negeri, yang juga tidak semua orang bisa menghadapi tantangan dan kesulitan ini. Maka kuliah diluar negeri itu tidak selalu lebih baik daripada kuliah di Indonesia. Sangat bergantung kepribadian dan keadaan masing masing individu.

8.Bisakah Anda jelaskan bagaimana proses meniti karir hingga menjadi Dokter?

Skema sampai punya karir itu kuliah, lulus dan lamar kerja. Yang berat persiapannya itu soal mental, karena jujur saya dan banyak teman sejawat seperti merasa secara kompetensi untuk kerja jadi dokter (setelah selama kuliah jadi asisten dokter di RS). Merasa khawatir dengan sistem kerjanya, waktu ibadahnya, berurusan dengan pasien, dsb. Pada akhirnya, ketika terdesak, saya minta hospitasi 1 hari di RS nya, jadi kita bisa punya bayangan sistemnya seperti apa. Kenapa aku kerja di Brandenburg padahal aku tinggal di Berlin? Padahal aku diterima juga di beberapa RS di Berlin. Di kota kecil / daerah pedesaan seperti Brandenburg itu cenderung RS lebih santai daripada di kota besar seperti Berlin. Fasilitasnya juga bisa dikuasai sendiri. Jadwal untuk ibadah juga lebih muda, dan kontrak kerja dikasih unlimited sedangkan di Berlin setiap dua tahun harus perpanjang. Ini yang menjadi prinsip saya berkarir di Jerman.

9.Apakah ada tips dan trick untuk para kaula muda yang ingin berencana ke Jerman dalam rangka studi dan berkarir?

Cari Informasi sebanyak-banyaknya dan persiapkan diri sematang mungkin. Membuat rencana studi yang jelas dan terorientasi. Cari lingkungan pergaulan yang baik dan mendukung, belajar bareng, nambah skill dll. Bikin target jangka pendek dan panjang yang terukur. 

10.Quotes dalam Bahasa Jerman, makna dan artinya yang selalu memotivasi hidup Anda!

 Krummes Holz gibt auch gerades Feuer.

Artinya kurang lebih, kayu yang bengkok akan tetap menghasilkan api yang lurus. Maknanya  keadaan/situasi yang tidak sempura tetapi bisa menghasilkan hasil yang cemerlang. Intinya kita tidak harus menunggu situasi atau resource kita ideal untuk memulai sesuatu. Contoh: Ada seseorang yang kalau belajar itu harus tempatnya tenang dan rapi, pakai meja dan kursi, kalo awal semester buku catatannya harus baru lagi, ketika mengerjakan skripsi tema nya dan dosennya harus sesuai pas yang dia inginkan, dia hanya ingin nilainya sempurna, sehingga kalo dia lulus ujian dengan nilai yang kurang memuaskan, maka dia ulang lagi ujian itu walaupun sudah lulus. Saran saya, lebih baik tidak perlu seperti itu. Tentu saja kondisi belajar yang kondusif itu penting dan perlu diusahakan. Tapi ketika memang waktunya tidak memungkinkan, yaa belajarlah saat kesempatan itu ada.

Harus yakin, bahwa kita tetap bisa sukses. Jangan sampai punya mindset kalau untuk berhasil itu harus persyaratan A,B,C terpenuhi dan punya privilege 1,2,3. Pada dasarnya kondisi yang ideal itu memudahkan. Tapi jangan menunda mengerjakan sesuatu yang baik hanya karena kondisi ideal itu belum ada. Waktu itu berharg, maka jangan membeli kesempurnaan dengan waktu. Karena kesempurnaanya belum tentu kalian dapatkan, sedangkan waktu kalian sudah pasti habis ketika menunggunya.

 

Penulis: Rafika Azriwati

Editor: Imam Rahmansyah

Tags: -

0 Komentar :

Belum ada komentar.