Viele Wege führen nach Deutschland
Tidak ada mimpi yang terlalu tinggi, yang ada hanya usaha kita yang belum maksimal. Banyak sekali mimpi anak muda Indonesia untuk bisa menginjakan kaki di benua biru. Tapi kesempatan yang ada tidak banyak yang tahu dan sulit rasanya untuk terealisasikan, terutama bagi mereka yang mempunyai keterbatasan baik secara finansial maupun ilmunya. Kata orang, Eropa itu sulit untuk digapai, tapi ada seribu cara untuk menaklukannya.
Dan seperti mimpi seorang anak muda Tasikmalaya bernama Imam Rahmansyah yang bisa menjawab tantangan itu dengan lantang, dimana solusinya bukan lagi banyak jalan menuju Roma, tapi banyak cara menuju Jerman. Dengan ikut program Au-Pair bisa melihat dunia lebih luas. Berikut penjelasan Imam yang kini telah menetap di Jerman lebih dari 10 tahun, seorang alumni Au-Pair angkatan 2011 mengenai informasi tentang program Au-Pair itu sendiri.
1. Apa itu Au-Pair
Au-Pair adalah salah satu program pertukaran budaya yang ditawarkan oleh pemerintah Jerman bagi anak anak muda dari negara selain Jerman yang ingin mengenal Jerman lebih dekat dengan cara tinggal bersama keluarga tamu/asuh di Jerman untuk menjadi bagian dari keluarganya. Dengan fasilitas yang diberikan, sebagai jasa timbal baliknya, kita diharuskan untuk membantu pekerjaan rumah tangga ringan dan sebagai fokus utamanya menjadi pendamping/pengasuh bagi anak keluarga tamunya.
2. Syarat untuk mengikuti program Au-Pair
- Rentang usia untuk Au-Pair di Jerman minimum 18 tahun dan maximum 26 tahun
- Sertifikat bahasa Jerman level A1 dari instansi terpercaya misal Goethe Insitute
- Belum menikah (single)
- Memiliki surat undangan sponsorhip dari keluarga tamu dan menulis surat motivasi mengikuti Au-Pair
- Dokumen penting lainnya bisa diakses dihalaman Kedutaan Jerman di Jakarta untuk Visa Nasional sebagai Au-Pair
- Au-Pair die Jerman diperuntukan untuk anak muda (laki-laki dan perempuan) berusia 18-26 tahun dan lama kontrak kerjanya bisa berlangsung selama maximal 1 tahun.
3. Fasilitas apa saja yang di dapatkan selama menjadi Au-Pair?
Banyak hal dan keuntungan untuk seorang Au-Pair. Diantaranya antara lain:
- Biaya hidup ditanggung penuh oleh keluarga tamu (host family), meliputi tempat tinggal, makan sehari-hari, kamar ribadi, tiket transportasi umum.
- Sebagai seorang Au-Pair kita diharuskan untuk mengikuti kursus bahasa Jerman. Biaya kursus ditanggung oleh keluarga tamu. Tergantung persetujuan kedua belah pihak, bisa jadi sebagian biaya kursusnya ditanggung oleh Au-Pair itu sendiri.
- Karena Au-Pair bukan ahli profesi sehingga uang yang diterima bukan Gaji, melainkan uang saku. Besarannya bisa bulanan minimal 280€. Bisa jadi beberapa kasus akan dapat uang saku mingguan atau tambahan untuk hari hari tertentu.
- Mendapatkan jaminan Asuransi kesehatan full selama kontrak Au-Pair berlangsung.
- Memiliki jaringan internasional, karena punya kesempatan untuk bertemu dan berkumpul sesama Au-Pair.
- Jatah hari libur bisa 1-2 hari dalam seminggu , dan extra 28 hari dalam setahun, namun tergantung kesepakatan dengan keluarga.
- Visa Schengen untuk yang gemar traveling bisa keliling Eropa.
4. Kewajiban sebagai Au-Pair
- Mengerjakan pekerjaan rumah tangga ringan sesuai kesepakatan.
- Fokus menjadi pendamping dan membantu urusan pengasuhan anak. Biasanya antar jemput ke Kindergarden, menemani saat di rumah, bermain bersama saat waktu luang, mengurus keperluan anak selama di rumah seperti menyiapkan sarapan dan makan siang/malam.
- Kursus Bahasa Jerman dalam rangka misi pertukaran budaya sebagai Au-Pair.
- Menjaga nama baik negara dan keluarga tamu.
Menjadi seorang Au-Pair bisa terbilang salah satu tips dan trick untuk bisa pergi ke Jerman dengan mudah murah dan mandiri. Karena keuntungan yang di dapat bisa menjembatani kita untuk melanjutkan ke program program lain setelahnya. Sebagai batu loncatan untuk yang ingin melanjutkan karir di Jerman seperti program sosial FSJ/BFD, sekolah vokasi Ausbildung, kuliah atau bahkan berkarir profesional di Jerman. Ketika kesempatan itu ada, apapun jenis dan tantangannya, tidak ada salahnya jika kita mencoba. Jangan pernah lemah menjawab setiap tantangan dengan sebuah keterbatasan. Jika orang lain bisa, maka kamupun bisa.
Achtung! Fakta Lain di Lapangan
Perlu diketahui, bahwa perbedaan budaya antara Keluarga Tamu dan Au-Pair menjadi salah satu faktor utama kalau program Au-Pair itu sendiri tidak selamanya berjalan mulus dan manis. Menyatukan dua budaya yang berbeda, cara pandang yang tidak sama, komunikasi yang tidak berjalan baik, hal itu bisa menimbulkan konflik. Beberapa kasus ditemukan, berdasarkan pengalaman dari para mantan Au-Pair bahwasanya mereka mendapatkan kenyataan perlakuan yang tidak sesuai dalam kontrak kerja, misalnya sistem kerja yang tidak jelas, jam kerja yang tidak beraturan (over), keluarga tamu yang kurang bersahabat dan beretika, bahkan dari semua fasilitas yang disebut diatas, dimana setiap Au-Pair harusnya berhak mendapatkan semua hak sepenuhnya, namun tidak didapatkan dengan optimal. Kewajiban yang sudah ditunaikan, malah menambah kewajiban lain yang sebetulnya tidak tertera dalam kontrak kerja. Kalau dalam bahasa Jerman dikatakan ,,ausgenutzt'' diperalat dengan semena-mena. Hal ini menjadi catatan dan pengalaman buruk bagi para Au-Pair tersebut, sehingga banyak yang menyebut Au-Pair ini sebagai program lain dari ,,pembantu'', padahal definsinya tidak demikian. Dan akibatnya, tidak sedikit dari mereka yang harus pindah mencari keluarga tamu baru yang lebih baik atau memutus kontrak kerja Au-Pair nya dan ganti ke status ijin tinggal yang lain. Semua itu tergantung dari keluarga tamunya sendiri, bagaimana mereka memperlakukan Au-Pairnya dan bagaiman Au-Pair itu sendiri bereaksi dan menyelesaikan masalah yang terjadi. Perlu diingat, tidak semua orang Jerman mempunya karakter yang demikian, banyak juga yang baik dan sesuai aturan.
Maka solusinya, bagi para calon Au-Pair hal pertama yang harus diperhatikan ialah pahami betul kontrak kerja dengan jelas dan jangan mau terima kerja dengan begitu saja kalau tidak sesuai perjanjian. Ada instansi resmi yang mengetahui keberadaan status kita sebagai Au-Pair di Jerman bisa dengan melakukan lapor diri, agar bisa dibantu jika ada masalah yang muncul (misal KBRI atau perwakilan setempat, Bürgeramt/Ausländerbehörde kantor imigrasi setempat, dan agency kalau lewat agen). Selama kita yakin dan betul mempelajari sistem kerja Au-Pair dan pandai memilih keluarga tamu kita mengenal betul track record dan latar belakang mereka, hal hal buruk yang akan menimpa Au-Pair tidak akan terjadi. Bahkan banyak yang akhirnya menjadi dekat hubungannya, diakui lebih daripada saudara sendiri, diakui sebagai keluarga, bahkan dibantu sampai urusan karir kita kedepannya di Jerman.
Penulis: Imam Rahmansyah
0 Komentar :
Belum ada komentar.